A. Pendahuluan
Pada saat ini, peran serta
masyarakat di dalam pengelolaan hutan terus di dorong dan di tingkatkan. Hal
ini terlihat nyata dari upaya Kementerian Kehutanan untuk meningkatkan kapasitas
dan melibatkan kelembagaan masyarakat dalam pengelolaan hutan melalui program
rehabilitasi hutan. Kelembagaan yang dimaksud adalah kelembagaan masyarakat
yang berbentuk kelompok tani hutan.
Keberadaan sebuah kelompok tani tidak
terlepas dari lingkungan yang mempengaruhi kelompok tersebut. Demikian juga
keberadaan kelompok tani hutan tidak dapat dilepaskan dari kelestarian hutan
yang dikelolanya melalui program rehabilitasi dan reklamasi hutan. Program
rehabilitasi dan reklamasi hutan merupakan upaya untuk memulihkan,
mempertahankan dan meningkatkan daya dukung, produktivitas,
peran dan fungsi hutan dalam mendukung sistem penyangga kehidupan secara
berkelanjutan.
Sebagai bagian dari pengelolaan
hutan secara lestari, program rehabilitasi hutan tidak akan berjalan dengan
baik tanpa didukung oleh kelembagaan petani hutan yang dikelola secara
berkelanjutan. Oleh karena itu, kelompok tani hutan harus mampu mengelola
dirinya sendiri dan menjaga eksistensinya agar dapat mengelola hutan secara
lestari. Menggunakan pendekatan dinamika kelompok, tulisan ini berupaya menawarkan
konsep keberlanjutan kelompok tani hutan dan indikator-indikator yang digunakan
untuk mengukur tingkat keberlanjutan kelompok tani hutan.
B. Dinamika kelompok.
Di kalangan para ahli, kelompok memiliki pengertian yang
bermacam-macam ber-gantung pada siapa dan dari disiplin ilmu apa. Keragaman
pengertian kelompok dapat dilihat pada definisi kelompok yang disampaikan oleh
para ahli berikut ini.
Beberapa ahli memandang kelompok sebagai hubungan dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama (Mills dalam Johnson and
Johnson, 2000; Shaw, 1981). Kelompok juga diartikan sebagai interdepensi antar
individu (Fiedler; Lewin dalam Johnson and Johnson, 2000). Hare, Boner dan
Bales (dalam Johnson and Johnson, 2000) memandang kelompok sebagai sebuah
interaksi dua orang atau lebih. Pengertian yang lebih komprehensif dikemukakan
oleh Paulus (dalam Baron and Byrne, 1997), kelompok merupakan interaksi dua
orang atau lebih yang memiliki tujuan bersama, memiliki hubungan yang tetap
(stabil), saling-tergantung dan mereka merasa menjadi bagian dari kelompok.
Sekumpulan orang dapat dikatakan sebagai sebuah kelompok
jika para anggota kelompok saling berinteraksi; memiliki kesaling-tergantungan
dalam arti apa yang dialami oleh salah satu anggota akan mempengaruhi anggota
yang lain. Disamping itu, sekumpulan orang tersebut harus memiliki tujuan yang
akan dicapai bersama; interaksi yang dilakukan harus terstruktur dan
orang-orang yang menjadi anggota kelompok harus menyadari bahwa mereka
merupakan bagian dari kelompok.
Lebih jauh lagi, sekumpulan orang dapat dianggap sebagai
sebuah kelompok jika memenuhi persyaratan tertentu. Menurut Soekanto (1987),
persyaratan tersebut meliputi: 1) kesadaran sebagai bagian dari kelompok; 2)
hubungan timbal balik diantara anggota; 3) kepemilikan bersama; 4) berstruktur,
berkaidah dan berpola-perilaku.
Sebuah kelompok dapat mempengaruhi pola perilaku anggotanya
melalui proses konformitas, persuasi dan ketertarikan. Proses-proses ini
dipengaruhi oleh empat aspek kelompok yaitu peran, status, norma dan
kohesivitas (Baron and Byrne, 1997). Peran, status, norma dan kohesivitas berpengaruh
terhadap komformitas seseorang di dalam sebuah kelompok. Komformitas tersebut
selanjutnya akan menciptakan perilaku kolektif kelompok (Baron and Byrne,
1997).
Proses pembentukan perilaku kolektif kelompok dalam upaya
mencapai tujuan kelompok dikenal dengan istilah dinamika kelompok. Tujuan
bersama yang ingin dicapai tersebut akan memunculkan suatu tingkat dinamika
kelompok. Johnson and Johnson (2000) mendefinisikan dinamika kelompok sebagai
kajian ilmiah tentang perilaku dalam kelompok untuk meningkatkan pengetahuan
tentang asal-usul kelompok, perkembangan kelompok, interrelasi antara kelompok
dengan invidu, antara kelompok dengan kelompok lain dan dengan entitas yang
lebih luas.
Dinamika kelompok ditinjau dari istilah mengandung arti
kelompok yang selalu memiliki gairah dan semangat untuk bekerja. Dinamika juga
mengandung arti adanya interaksi, saling mempengaruhi dan interdependensi
antara anggota kelompok satu sama lain secara timbal balik diantara anggota
kelompok dengan kelompok secara keseluruhan. Dinamika kelompok bertujuan untuk:
meningkatkan proses interaksi antara anggota kelompok, meningkatkan produktivitas anggota kelompok,
mengembangkan kelompok ke arah yang lebih baik, lebih maju dan meningkatkan
kesejahteraan hidup anggotanya.
C. Keberlanjutan kelompok tani hutan
Program rehabilitasi hutan sebagai
bagian dari pengelolaan hutan dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat terutama petani hutan dan menjaga kelestarian hutan. Oleh karena
itu, program rehabilitasi hutan harus dilaksanakan secara bersama-sama,
terprogram dan berkesinambungan.
Untuk mendukung pelaksanaan program
tersebut diperlukan dukungan dan partisipasi masyarakat melalui pembentukan
kelembagaan masyarakat yang berbentuk kelompok tani hutan. Kelompok tani hutan diartikan
sebagai kumpulan individu petani di dalam suatu organisasi yang tumbuh
berdasarkan kebersamaan, kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya
alam secara berkelanjutan dan keinginan untuk bekerjasama dalam rangka
pengembangan usaha bidang kehutanan untuk kesejahteraan anggotanya.
Terbentuknya kelompok tani hutan
tersebut memudahkan dalam menyampaikan program dan tujuan rehabilitasi hutan.
Kelompok tani hutan yang telah dibentuk dapat dijadikan sebagai wahana belajar
dan kerjasama dalam rangka mencapai tujuan. Proses belajar dan bekerjasama di
dalam kelompok tani hutan akan meningkatkan kedinamikaan kelompok dapat menjaga
kelangusngan hidup kelompok tani hutan.
Keberlanjutan kelompok tani hutan
diartikan sebagai sebuah dinamika untuk menjaga kelangsungan hidup kelompok
tani hutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan anggota melalui program
rehabilitasi hutan. Keberlanjutan kelompok tani hutan akan tetap terjaga selama
anggota kelompok memiliki keinginan tetap berada di dalam (menjadi anggota)
kelompok tani hutan sebagai wadah untuk mencapai tujuan bersama. Keinginan
anggota untuk tetap berada di dalam kelompok dapat dilihat dari tingkat
kohesivitas anggota kelompok, komitmen anggota, interdependensi positif dan program kerja yang disusun secara
bersama-sama. Keempat hal tersebut merupakan indikator keberlanjutan kelompok
tani hutan.
1.
Kohesivitas anggota kelompok
Kohesivitas anggota kelompok
merupakan jumlah dari kekuatan yang menarik anggota kelompok dan menjaga
kebersamaan kelompok (Spector, 2006); kemampuan kelompok untuk menjaga anggota
tetap di dalam kelompok karena daya tarik kelompok tersebut (Umstot, 1988);
keinginan untuk tetap menjadi bagian dari kelompok (Greenberg and Baron , 2003).
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, kohesivitas kelompok dapat dipandang
sebagai keinginan anggota kelompok untuk tetap berada di dalam kelompok karena
adanya daya tarik kelompok.
Daya tarik (valensi) suatu obyek
atau kegiatan merupakan fungsi dari kebutuhan seseorang dan sifat yang melekat
kepada obyek tersebut (Cartwright and Zander, 1962). Ketertarikan seseorang
untuk bergabung dengan sebuah kelompok muncul karena adanya daya tarik yang
dimiliki orang-orang yang menjadi anggota, kegiatan dan program yang dimiliki
oleh kelompok.
Kelompok yang memiliki kesamaan latar
belakang, sikap dan kepentingan akan memiliki kohesivitas yang lebih tinggi
daripada kelompok yang tidak memiliki latar belakang, sikap dan kepentingan
yang sama. Kohesivitas kelompok dapat digunakan untuk menjaga kelangsungan
hidup kelompok karena adanya keinginan anggota untuk tetap berada dalam kelompok
dan menjaga kebersamaan dalam kelompok karena adanya daya tarik kelompok
tersebut.
Kohesivitas angota kelompok akan
mendorong anggota untuk melaksanakan kegiatan atau program kerja kelompok tani
hutan. Rasa kebersamaan yang ada di dalam kelompok akan memotivasi anggota
untuk melaksanakan kesepakatan yang telah disusun dalam rangka melaksanakan
kegiatan dan program kerja kelompok.
2.
Komitmen anggota
Komitmen dapat dimaknai sebagai
keinginan, kesediaan atau janji untuk melakukan sesuatu. Jika kelompok
dipandang sebagai sebuah organisasi, maka komitmen anggota dapat dipandang
sebagai sebuah komitmen organisasi. Komitmen organisasi berkaitan dengan
tingkat keterlibatan seseorang di dalam organisasi dan tingkat ketertarikan
untuk tetap berada di dalamnya (Greenberg and Baron, 2003). Meyer, Allan and
Smith mengembangkan tiga tipe komitmen, yaitu komitmen berkesinambungan (continuance commitment), komitmen
afektif (affective commitment) dan
komitmen normatif (normative commitment)
(Spector, 2006 238). Ketiga komitmen tersebut jika digambarkan akan terlihat sebagaimana
tersaji pada Gambar 1.
Gambar 1. Komponen komitmen organisasi
Komitmen
berkesinambungan (continuance commitment)
adalah kuatnya keinginan seseorang untuk tetap bekerja bagi organisasinya
karena sudah merupakan kewajibannya dan jika ditinggalkan akan mengkibatkan
kerugian (Greenberg and Baron, 2003). Komitmen ini muncul karena adanya keuntungan
yang diperoleh dari kelompok. Banyak orang tidak bersedia untuk keluar dari sebuah
kelompok karena tidak ingin mendapatkan kerugian
Komitmen kedua adalah komitmen
afektif (affective commitment), yaitu
kesediaan seseorang untuk bekerja bagi organisasi karena setuju dengan tujuan
dan nilai-nilai yang mendasari organisasi tersebut (Greenberg and Baron, 2003).
Keberadaan komitmen ini akan memberikan dukungan bagi tercapai tujuan kelompok.
Komitmen afektif juga akan menum-buhkan loyalitas anggota terhadap kelompok.
Terakhir adalah komitmen normatif (normative commitment), yaitu kesediaan
sese-orang untuk bekerja bagi organisasi karena adanya desakan dari orang lain
untuk tetap ber-ada dalam organisasi (Greenberg and Baron, 2003). Komitmen
normatif muncul karena adanya keyakinan terhadap nilai-nilai kelompok yang
harus dipedomani. Komitmen ini menimbulkan perasaan berkewajiban bagi anggota
untuk tetap berada dan bekerja bagi kelompok. Anggota kelompok dengan komitmen
normatif yang kuat memiliki perhatian terhadap apa yang akan dikatakan orang
lain jika ia meninggalkan kelompok.
Komitmen orgaisasi dapat memberikan
keyakinan kepada anggota kelompok untuk tetap berada di dalam kelompok karena
adanya keuntungan yang diperolehnya. Disamping itu, komitmen organisasi akan
menumbuhkan dukungan terhadap pencapaian tujuan kelompok yang diwujudkan dengan
upaya bekerja keras guna mencapai tujuan kelompok.
Komitmen
anggota akan mendorong anggota kelompok untuk bekerja sesuai dengan status dan
peran di dalam kelompok. Kesediaan anggota untuk bekerja bagi kelompok disebabkan
adanya keyakinan bahwa nilai-nilai, norma dan aturan kelompok akan membawa
anggota pencapaian tujuan kelompok untuk mensejahterakan anggota. Disamping
itu, anggota kelompok merasa berkewajiban untuk bekerja dalam rangka mencapai
tujuan kelompok.
3.
Interdependensi positif.
Seseorang akan berusaha dengan sekuat
tenaga untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Usaha yang dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan melalui kerjasama atau kompetisi dengan
orang lain. Usaha mencapai tujuan melalui kerjasama ataupun kompetisi merupakan
bahasan dari teori interdepensi sosial. Kurt Lewin (dalam Johnson and Johnson,
2000) menyatakan bahwa:
(1) hakekat dari sebuah kelompok adalah kesaling-tergantungan/interdependensi
anggota (yang tercipta karena tujuan bersama) yang meng-hasilkan dinamika
kelompok sehingga perubahan keadaan pada setiap anggota atau sub kelompok akan
mengubah keadaan anggota atau sub kelompok lainnya, (2) ketegangan intrinsik
diantara anggota kelompok memberikan dorongan untuk bergerak menuju pencapaian
tujuan bersama yang diinginkan.
Interdependensi
sosial muncul ketika sekelompok orang memiliki tujuan bersama dan setiap hasil
perorangan mempengaruhi tindakan orang lain. Terdapat dua jenis inter-dependensi
sosial: kooperatif dan kompetitif. Teori interdependensi menyatakan bahwa tindakan
seseorang akan memberikan dampak bagi orang dalam tiga kemungkinan, yaitu memberikan
keberhasilan bagi orang lain, menghalangi keberhasilan orang lain, tidak
berdampak sama sekali terhadap keberhasilan atau kegagalan orang lain. Premis dasar dari teori interdependensi
sosial adalah bahwa interdependensi yang
memberi warna pada suatu keadaan menentukan pola interaksi masing-masing orang,
selanjutnya akan mempengaruhi hasil yang diperoleh (lihat Tabel 1).
Proses
|
Kooperatif
|
Kompetitif
|
Individualis
|
Interdependensi
|
Positif
|
Negatif
|
Tidak
Ada
|
Pola
Interaksi
|
Promotif
|
Berlawanan
|
Tidak
Ada
|
Hasil
1
|
Usaha-usaha
untuk mencapai tujuan tinggi
|
Usaha-usaha
untuk mencapai tujuan rendah
|
Usaha-usaha
untuk mencapai tujuan rendah
|
Hasil
2
|
Hubungan
positif
|
Hubungan
negatif
|
Tidak
ada hubungan
|
Hasil
3
|
Kesehatan
psikologis
|
Penderitaan
psikologis
|
Patologi
psikologis
|
Sumber:
Johson and Johson (2000: 101)
Interdependensi
positif menghasilkan pola hubungan yang promotif. Pola hubungan ini akan
mendorong usaha-usaha untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi. Dukungan yang
diberikan kepada setiap orang dalam kelompok dapat berupa: saling memberi-menerima
bantuan dan asistensi (baik terkait dengan tugas atau pribadi), pertukaran
sumberdaya dan informasi, memberi dan menerima umpan balik atas perilaku tugas
dan kerja tim, membantu meningkatkan usaha-usaha untuk mencapai tujuan dan
saling mempengaruhi pemikiran dan perilaku masing-masing orang (Johnson and
Johnson, 2000).
Pola interaksi promotif mendorong
anggota untuk tetap berada dalam kelompok. Anggota kelompok akan merasa lebih
mudah dalam mencapai tujuan karena adanya dukung-an dari anggota yang lain. Bentuk-bentuk
dukungan antar anggota tersebut akan memberikan rasa aman bagi anggota kelompok
tani hutan dan akan merasa rugi/terancam jika keluar dari kelompok.
Interdependesi positif memberikan
rasa aman dalam melaksanakan kegiatan dan program kerja kelompok karena adanya
dukungan dari sesama anggota kelompok. Dukungan dari sesama anggota juga
menumbuhkan pola kerja sama antar anggota untuk menyelesaikan program kerja
kelompok. Adanya interdependensi positif akan menjaga keberlanjutan kelompok
tani hutan dalam pengelolaan hutan secara lestari.
4.
Program kerja kelompok
Program kerja kelompok merupakan
serangkaian kegiatan yang direncanakan, disusun dan dilaksanakan oleh sebuah
kelompok. Menurut Mardikanto (1993) perencanaan program yang baik mengacu
kepada perumusan tujuan dan pemecahan masalah yang menjanjikan kepuasan dengan menjaga
keseimbangan dan kejelasan pekerjaan melalui proses yang berkelanjutan dan terkoordinasi
dengan baik serta memberikan kesempatan evaluasi proses dan hasil.
Program kerja kelompok tani hutan
yang disusun berdasarkan acuan tersebut akan meningkatkan dinamika kelompok
tani melalui pembagian peran dan pekerjaan yang jelas dalam rangka mencapai
tujuan kelompok. Kejelasan peran dan pekerjaan membuat kelompok tani hutan
menjadi lebih dinamis karena masing-masing anggota akan memberikan kontribusi
sesuai peran dan pekerjaan yang dimilikinya. Dinamika kelompok tani hutan akan
semakin meningkat dengan adanya upaya-upaya dari anggota kelompok untuk
menyempurnakan norma, program kerja dan tujuan kelompok melalui mekanisme
evaluasi.
Program kerja kelompok tani hutan
selain memuat rencana kegiatan seharusnya juga memuat rencana usaha produktif
kelompok. Keberadaan usaha produktif kelompok akan meningkatkan kedinamikaan
kelompok karena adanya peningkatan proses interaksi antara anggota kelompok
dalam upaya meningkatkan produktivitas anggota kelompok. Hal ini memberikan
daya tarik bagi anggota kelompok untuk tetap berada di dalam kelompok.
D. Penutup
Tingkat keberlanjutan kelompok tani
hutan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengukur kemampuan suatu kelompok
tani hutan dalam dalam mengelola hutan secara lestari. Semakin tinggi tingkat
keberlanjutan kelompok tani hutan semakin tinggi pula kemampuan kelompok
tersebut untuk mengelola hutan secara lestari. Tingkat keberlanjutan kelompok
tani hutan dapat dilihat dari tingkat
kohesivitas anggota, tingkat komitmen anggota kepada kelompok, tingkat
interdependensi positif antar anggota dan program kerja kelompok yang disusun
secara bersama-sama.
Program rehabilitasi hutan sebagai
bagian dari pengelolaan hutan secara lestari tidak dapat dilepaskan dari
keberlanjutan kelompok tani hutan yang terlibat dalam program tersebut. Keberlanjutan
kelompok tani hutan dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan kohesivitas
anggota, menumbuhkan komitmen anggota, mendorong pola hubungan promotif antar
anggota dan menciptakan mekanisme penyusunan program kerja yang partisipatif.
Daftar Pustaka
Baron & Byrne. 1997. Social
Psychology, 8th edition. Massachuset: Allyn & Bacon A Viacom Company.
Cartwright,
Dorwin dan Zander,Alvin.1962. Group Cohesiveness: Introduction in
Cartwright, D dan Zander, A (Ed). 1962. Group
Dynamics Research and Theory, Second Edition. Illionis: Row, Peterson and
Company.
Greenberg,
J. and Baron, R. A. 2003. Behavior in
Organizations, Understanding and Managing the Human Side of Work, Eight
Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
Johnson,
D W and Johnson, F P. 2000. Joining
Together, Group Theory and Group Skill, Seventh Edition. Boston: Allyn and
Bacon.
Mardikanto,
T 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Acuan untuk Pelajar, Mahasiswa, Dosen, Penyuluh, Pekerja Sosial,
Penentu Kebijakan dan Peminat Ilmu/Kegiatan Penyuluhan Pembangunan. Solo:
Sebelas Maret University Press.
Shaw,
M. E. 1981. Group Dynamics: The
Psychology of Small Group Behavior, Third Edition.New York: McGraw-Hill
Book Company.
Spector,
P. E. 2006. Industrial and Organizational
Psychology, Research and Practice, Fourth Edition.New Jersey: John Willey
& Sons, Inc.
Soekanto,
S. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar,
Edisi Baru, Cetakan Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers.
Umstot,
D D. 1988. Understanding Oganizational
Behavior, SecondEdition. St. Paul: West Publishing Company.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar